REPUBLIK KIERAHA | TERNATE – Nama Edi Langkara yang tidak masuk dalam bursa Calon Gubernur (Cagub) dari Partai Golkar, begini kata Elang, Partai Golkar di Maluku Utara bukan milik klan Mus, seperti apa yang disampaikan Hamid Usman.
Hanya Wasekjen DPP Partai Golkar belum yakin kalau yang disampaikan itu bukan pikiran Ahmad Hidayat Mus. Namun, jika itu pernyataan resmi Ahmad Hidayat Mus melalui corong Asbun HU maka publik akan menertawai pikiran picik dan jauh dari dinamika sosial politik yang kini sedang berkembang.
“Saya melihat mereka sepertinya panik atau mabuk halusinasi. Perlu diketahui pula bahwa perolehan 8 kursi DPRD provinsi adalah kerja-kerja keras Kabupaten/Kota dan para caleg itu sendiri. Bukan kerja seseorang atau keluarga dengan dalil atas nama kuasa partai,”tegas Edi Langkara kepada Terbirmalut.com Kamis, (21/3/2024).
Bahkan, kata Elang juga bisa buktikan sejumlah ketua DPD Kabupaten/Kota yang kehilangan kursi bahkan mengeluh atas keadaan yang mereka hadapi saat jelang pemilu. Buktinya jumlah kursi di beberapa kabupaten kota mengalami penurunan drastis.
Jadi jangan khayal enak sendiri disaat pasukan mengalami derita nestapa, dan itu bukan ciri pemimpin yang baik. Apalagi pimpinan yang pandangan matanya hanya sejauh halaman rumah sendiri, sungguh membahayakan bagi masa depan partai.
“Saya hanya minta agar Ahmad Hidayat Mus lebih dewasa agar merubah gaya lama yang tidak cocok lagi dengan kondisi lingkungan strategis Maluku Utara saat ini yang masyarakatnya tidak bisa dibodohi,”ungkapnya.
Kontestasi politik lokal bagi partai politik masing-masing punya agenda, dan di Partai Golkar tetap konsisten dengan juknis Pilkada. Bahwa prioritas kader partai yang elektabilitasnya bagus serta memegang teguh prinsip PDLT ( Prestasi, Dedikasi, Loyalitas, dan Tidak Tercela). Silahkan terjemahkan itu, Publik juga tau tentang prinsip PDLT yang diterapkan oleh DPP/Ketua Umum Partai Golkar.
Selanjutnya Sesuai PO partai Golkar, Kebijakan DPP Partai Golkar selalu mempertimbangkan sejumlah variabel. Diantaranya, soliditas kaders serta mampu melihat kenyataan publik yang tidak bisa kita abaikan.
Contoh: jika potensi kaders Golkar tidak bisa dijual atau elektabilitasnya jauh lebih rendah dari potensi pemimpin lain yang bukan dari Kaders Partai Golkar. Seperti Akademisi, pengusaha, kalangan adat praktisi profesional, tokoh agama, dan kaders Partai lain yang memiliki komitment dan cara pandang relatif sama dengan visi Partai Golkar.
Perlu diketahui bahwa Partai Politik Golkar bukanlah boneka mati, Golkar sesungguhnya adalah katalisator politik yang mampu sebagai agregator politik, melihat dinamika publik sebagai sebuah realitas sosial dan bukan dinamika Keluarga.
“Ingat! 20 tahun Golkar menelan pil pahit pada 4 kali Pilkada Gubernur Malut. Karena itu hindari gaya arogansi politik yang akan membahayakan diri sendiri, serta masa depan Partai yang harus dipertaruhkan,”beber Elang.
Terkait kemenangan Pilpres 02 Prabowo Gibran di Malut, lanjut mantan Bupati Halteng, Itu bukanlah saham tunggal Golkar, Ada juga Gerindra, PAN, Demokrat dan sejumlah partai lainnya, serta relawan sukarela yang bergerak tanpa minta uang di TKN Relawan Pro Gibran Malut.
Sebagai seorang aktifis yang jatuh bangun di dunia politik, saya tetap optimis bahwa DPP Partai Golkar tidak picik pandangannya, secara organisatoris Partai Golkar tidak seperti Republik tetangga.
“Jadi janganlah klaim kerja sendiri, Malu kita ditertawai orang. Dan saya tegaskan bahwa diatas langit masih ada langit,”pungkasnya.